Tentang si Binatang Jalang


Chairil Anwar adalah pelopor sastrawan Angkatan 45. Dalam syair ataupun karya sastra yang dibuatnya terdapat sifat revolusioner baik pada bentuk maupun pada isinya. Chairil Anwar membawa angin pembaruan  di bidang puisi modern. Puisi atau syair yang dibuatnya menggunakan kata – kata atau perbandingan yang tepat, sehingga dapat menjelmakan isi yang padat.

Chairil Anwar ingin merombak cara pikir yang dogmatis dan ingin menegakkan pikiran – pikiran baru demi memperbaiki martabat manusia. Memperjuangkan hakikat kemanusiaannya yang semua itu tidak harus sesuai atau sejalan dengan nilai – nilai kemasyarakatan, teradisi, atau aturan – aturan yang sudah berlaku. Hal inilah yang mendorongnya untuk menulis puisi yang anarkis dan individualis.

Dalam berkarya, Chairil Anwar mendapat pengaruh yang besar  dari beberapa penyair Belanda sebelum Perang Dunia II. Pengaruh H.Marsman terlihat pada diri seorang Chairil Anwar  yang memiliki vitalitas yang menyatu pada dirinya, pengambilan motif karya sastra yang sama, penggunaan kata dan perbandingan yang serupa serta semangat yang sama. 
Meskipun mendapat pengaruh dari pengarang – pengarang luar, Chairil Anwar tetap menjadi pelopor puisi modern. Ia telah membawa corak baru dalam perkembangan puisi di Indonesia. Terutama dalam gaya dan pengucapannya yang puitis, ide dan pikiran yang terkandung di dalamnya juga berbeda dengan puisi sebelum zamannya. 

Chairil Anwar  telah membuka kemungkinan – kemungkinan hal yang tak terduga. Ia berani memberi arti sendiri pada kata – kata, mengadakan kombinasi kata – kata yang menantang semua konvensi, membuat susunan kalimat yang melompat – lompat, lekuk dan kelok yang tidak terduga, dengan memakai logika yang sering bersifat antilogika. Namun justru itulah yang menimbulkan ketajaman dan kedalaman arti yang jarang dijumpai.

Beberapa karya Chairil Anwar yang telah dibukukan :
  • Deru Campur Debu (kumpulan puisi yang pertama kali ditebitkan oleh Penerbit Pembangunan, 1949).
  • Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (kumpulan puisi yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat, 1949).
  • Tiga Menguak Takdir (kumpulan puisi bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, diterbitkan oleh Balai Pustaka, 1950).



*Sumber: Maryoto, Agus.2009.Sastrawan Angkatan 45.Semarang : PT Sindur Press
Baca Selengkapnya - Tentang si Binatang Jalang
Posted by: Mardhika Ika Sari Updated at: 01.11

mimpi

Semakin lapuk. Namun aku tetap senantiasa melukis hadirmu pada kanvas - kanvas usang yang 

bergelimpangan di ruang hati, yang ku tetapkan dia sebagai singgasanamu. Tak peduli kau tahu 

atau tidak. Tak peduli kau setuju atau tidak. Aku tetap lukiskan hadirmu yang senantiasa mengurai 

senyum, menebarkan suka, memapah segala gulana yang sering mengintimidasiku pada 

 keterpurukan rasa.

Ah, mengapa waktu tidak memihakku. Membiarkan dalam kegersangan gurun yang kering. Atau 

membiarkanku beku pada dinginnya kristal - kristal kutub nan menawan.

Aku hanya dapat merasaimu. Menjilati bekas luka parut yang masih tersisa di jiwamu. Menyirami 

mimpi - mimpi dengan linangan airmataku, kepedihanku.

Lantas apa yang dapat kita lakukan jika kala semakin detik semakin menua...??

Menanti....?? 

Usang... dan semakin usang bingkai jiwaku. Namun asa yang selalu tersiram rindu kian mengakar. 

Menggenggam erat di setiap bulir impian yang telah mendarah daging.

Kita hanya dapat mengisahkan pada musim. Melantunkannya di keheningan malam. Dan 

membisikkan pada raya.....

 Ada asa, yang tak mekarkan di setiap kuncup mimpi-mimpi semesta.
Baca Selengkapnya - mimpi
Posted by: Mardhika Ika Sari Updated at: 01.02

Kidung perpisahan

dalam keasyikan cinta, 

tak terperi kutemui indahnya

Kematian Abadi


selamat tinggal seluruh tersayang..

di hadapan jalan terbentang aku pulang


perpisahan ini...

kecup lembut mesramu

akhiri pilu

toreh senyum bersama tertutup mata


Baca Selengkapnya - Kidung perpisahan
Posted by: Mardhika Ika Sari Updated at: 00.34

HARAP

melepas segalanya pada dinding-dinding lamunan
tak dapat ku raih sinarnya
supaya dapat terang ruang di jiwa
tak melulu berpeluk ragu dan rindu

langit tak lagi melukis nama
karena dihantam kelam yang melebam
pada sudut cakrawala terpuruk
meringkuk
rindukan jemari gapai angin
tuk usapkan bulir-bulir sejuk bening menipis

alunan hati merdu syahdu
iringi doa pada cermin yang tengah kelu

asaku...
masih megah menggantung di senyum kabut
serasa indah pada gugusan rasaku
Baca Selengkapnya - HARAP
Posted by: Mardhika Ika Sari Updated at: 00.26