Pada dinding-dinding semesta
kudapati catnya tlah banyak yang terkelupas
tergerus nestapa raya yang ternyata penjilat
terdengar galau riuh menabuhkan genderang kerinduannya
meratapi pilu yang tiada berbalas suka
mengutuk masa yang terlambat menjemput lara
mengundang bulir airmata yang senantiasa kau dekapkan
pada jemari waktu yang semakin berlalu
mencoret semua takdir yang kau anggap menikam sukamu
lantas kau kemanakan senandung yang dulu pernah kau lantunkan
bersama gerimis yang mengemis harapkan deras kebahagiaan
kan menyelimuti ruang deritamu
Kau tahu...??
kau hanya mampu menorehkan luka...
dan luka... dan luka...
pada sebaris kalimat yang senantiasa kau untaikan saat pagi membuka jendela
mengusir lembut embun yang semalaman sejukkan segala rasa
dan kau masih belum puas dengan dusta yang sekian kali mencongkel sendu
Sudahlah...
kan ku ganti lantunan ini menjadi Senandung Luka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar